Sunday, 8 May 2016

Pink and Fuchsia: #88LoveLife volume 2!

"Dear God, 
Thank you for creating another magical piece known as a "cry". The feeling of seeing someone cry warms my heart, because it simply shows how fragile and connected we all are. And, the feeling when I myself cry, it brings relief and appreciation to life." 
 #88LoveLife volume 2 


Pernahkah kamu merasa begitu lelah dan ingin menyerah saja?
Aku sedang mengalaminya saat menulis ini.

Lalu aku menemukan kalimat ini, pada buku yang baru saja selesai aku baca:


Seketika itu aku merasa bahwa aku tidak sendirian. Bahkan, untuk sosok seinspiratif Kak Diana Rikasari, dia bisa merasa kelelahan juga.

Dan, 
#88LoveLife volume 2 adalah penemuan paling menyenangkan bagiku.
***

Aku berada dalam hidup yang dipenuhi oleh keburu-buruan selama dua bulan terakhir. Banyak hal yang harus dilakukan dengan pasti tanpa tapi, tanpa jeda. Tidak hanya satu, dua, tapi berkali-kali lipat rasanya.
Rasanya seperti tidak ada waktu untukku bahkan untuk menghela napas.
Semuanya terasa salah dan tidak tepat.

Aku berada dalam keresahan yang selama ini kupendam dalam-dalam. Terabai diantara gelisah yang lain, yang lebih menuntut untuk lekas dilakukan. Hingga akhirnya aku kehabisan daya.

Membaca #88LoveLife volume 2 bisa menjadi salah satu penyemangatku. Bukan karena isinya penuh dengan motivasi seperti pada buku-buku seri inspirasi kebanyakan, lebih karena aku dapat menerima kondisiku sebagai manusia yang penuh dengan kekurangan.

Ah, terimakasih, Kak Di sudah menulis sekuel #88LoveLife! :’)
***

Bagian yang paling aku sukai dari buku ini ada cukup banyak. Salah satunya ada di bagian awal tadi. 
Bagian #53 paling membuatku hampir menangis. Itu adalah bagian dimana Kak Di menulis pesan untuk Shahmeer, anak pertamanya yang super duper lucu.

“... when you are bigger, please know that your job is not to make your mother proud. There are no debts to pay back.”

Aku merasa seperti mamaku sedang berbicara padaku saat membaca kalimat ini. Aku teringat bahwa mama juga selalu bisa menerima segala kondisiku, apapun yang terjadi padaku dan tetap bangga padaku bahkan ketika aku tidak melakukan sesuatu yang cukup berprestasi.

Aku selalu suka #88LoveLife karena isinya yang berwarna-warni. Aku suka ilustrasi yang menggambarkan sosok Kak Di dengan berbagai pakaian ataupun aksesori lucu. Kak Dinda, ilustrator di buku ini, membuatku jadi merasa bahwa menggambar itu terlihat menyenangkan. Sekaligus membuatku iri karena kemampuanku menggambar sangat pas-pasan.

Ini dua ilustrasi yang aku suka:


Secara keseluruhan, aku suka buku #88LoveLife volume 2. Persis seperti yang dijanjikan dalam tagline: “Deeper and more serious perspective on love and life.” Buku ini terasa lebih dewasa. 

Namun apakah menjadi dewasa membuat semuanya terasa begitu serius?
Aku merasa terlalu banyak tulisan dan kurang ilustrasi dalam buku ini. Padahal ilustrasilah yang membuat buku ini lebih “hidup”.
Tapi tidak apa-apa, aku bisa menikmati ilustrasi Kak Dinda di buku #88LoveLife volume 1, hihihihi.

Aku merasa dimengerti sekaligus ditemani saat membaca buku ini. 
Apalagi ketika Kak Di menulis tentang passion. Aku jadi merasa sedikit banyak tercerahkan. Bahwa sebagai manusia yang dinamis dan unik, passion bisa berupa apa saja. Passion bisa berarti sebuah kata kerja, bisa berupa kategori, seperti: fashion atau seni, bisa berupa hal yang lainnya.


Bagiku, yang saat ini sedang berjuang menjadikan mimpi masa kecil menjadi nyata, aku menjadi sedikit lebih baik. Aku menjadi tahu bahwa rasa lelahku ini adalah bagian kecil dari hal-hal luar biasa yang akan terjadi di masa mendatang.

Love, 
Nisrina.

About the book:
#88LoveLife Vol. 02
Author: Diana Rikasari
Illustrator: Dinda Puspitasari
Jakarta, 2016

No comments:

Post a Comment

What's your opinion after reading this post?