“Kenali mimpimu, kerahkan seluruh kemampuan yang kamu punya untuk mencapainya.”
– Sophia Amoruso.
Sebelum memulai review panjang-lebar, saya ingin mengucapkan: Alhamdulillaaaaaaaaaaaaah, akhirnya bisa baca buku juga!
Untuk orang yang pemalas seperti saya, apalagi kalau sedang kelelahan, ini adalah sebuah prestasi.
Anyway, terimakasih Papa sudah mengajak pergi ke toko buku. Lagi-lagi, tiap beli buku bagus, pasti sama Papa. Hihihihi, beneran deh beliau berjasa banget buat kebiasaan membaca saya dari kecil sampai sekarang :’)
#GirlBoss di Indonesia sebenarnya sudah mulai populer dari tahun lalu, tapi saya baru berhasil membacanya (setelah dibelikan) di tahun 2016 ini.
Sebagian besar isinya adalah tentang pengalaman Sophia yang membangun Nasty Gal, toko daring yang menjual pakaian gaya vintage dan baru, dari awal sampai sekarang. Tentang pengalaman dan ketidaknyamanannya terhadap sekolah formal, interaksinya dengan orang lain, dan segala jenis pekerjaan yang pernah ia coba.
Ada 11 bab dalam buku ini yang diceritakan dengan alur campuran (maju-mundur), iya, semacam buku nonfiksi. Kadang Sophia memulai dengan menceritakan kondisinya sekarang, lalu balik ke masa lalu. Kadang juga sebaliknya.
Most of all, I enjoyed to read all the pages.
“...sebelum kamu berpikir kamu hanya beruntung, ingat bahwa ini adalah keajaiban dan kamulah yang menciptakannya.”
– halaman 124.
Saya naksir berat dengan #GirlBoss!
Sophia berkali-kali menekankan pada konsep berpikir positif. Dan caranya berkisah membuat energi positif saya ikut bertambah tiap kali membaca halaman demi halaman. Sophia membuat saya semakin yakin bahwa selama kita percaya, kita pasti bisa.
Kata beberapa orang sih, #GirlBoss disebut-sebut sebagai Lean In versi sederhana.
Menurut saya, tidak juga. Lean In berkisah tentang kondisi nyata perempuan di dunia pekerjaan (kantor) dan “pengistimewaan” yang biasanya sering terjadi. Sementara #GirlBoss berkisah tentang pengalaman dan masukan untuk para perempuan yang akan atau sedang menapaki dunia karir. Isinya lebih ke Do and Don’ts. Bahkan ada masukan tentang cara menulis surat lamaran pekerjaan yang baik! Hahaha.
Saya rasa kedua buku ini tidak bisa dibandingkan karena keduanya sama-sama menarik. Kalau disuruh memilih, saya tetap akan memilih keduanya untuk dibaca dan direkomendasikan.
“Keuntungan dari menjadi naif adalah kemampuan memercayai dirimu sendiri saat tidak ada seorang pun yang percaya kepadamu.”
– halaman 260.
Setelah menulis ulasan singkat saya tentang #GirlBoss di Goodreads, saya mencoba membaca ulasan dari pembaca lain. Beberapa yang memberikan penilaian sedikit (satu bintang), mengatakan bahwa Sophia terlalu angkuh dan menggurui dalam buku ini. Beberapa juga mengatakan bahwa buku ini tidak terlalu jelas antara ingin menulis memoar atau buku tips berbisnis untuk pemula.
Ada benarnya juga sih, gaya bertutur Sophia cenderung blak-blakan dan alurnya meloncat-loncat. Tapi bagi saya tidak masalah. #GirlBoss menjadi semacam penyemangat sekaligus pengingat di tengah-tengah kejenuhan saya terhadap berbagai tugas yang tidak kunjung usai.
Berapa penilaian saya untuk buku ini?
5 dari 5 bintang,
tentu saja!
Salam hangat,
Nisrina.
About the book
"#GirlBoss" by Sophia Amoruso
Date published: November 2015 (Versi Terjemahan)
Publisher: Noura Books
No comments:
Post a Comment
What's your opinion after reading this post?