Saturday 3 March 2018

Berbicara Cinta #4: Cemburu


I'm jealous, I'm overzealous. When I'm down, I get real down. When I'm high, I don't come down.”
– Issues, Julia Michaels

Jangan cemburu; Buang jauh-jauh perasaan cemburumu; Cemburu itu buruk.
Kenapa ya, cemburu itu biasanya dihubungkan dengan hal yang negatif?

Padahal sama seperti marah, sedih, kecewa: Cemburu adalah sebuah perasaan.
Datangnya tidak terduga dan seringnya, tidak pernah kita harapkan. Seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa sebenarnya cemburu adalah sebuah peringatan untuk diri sendiri.

Menjalani hubungan jarak jauh, dengan komunikasi yang terbatas tentu memerlukan kesabaran penuh. Tidak sekadar salah paham, tetapi cemburu pasti akan dirasakan. Kira-kira begitulah yang aku alami sepanjang menjalani hubungan dengan kekasih.

Beruntungnya, saat ini aku berada dalam situasi yang membutuhkan pembersihan diri: Kesadaran untuk menyadari, memahami, dan menerima permasalahan diri sendiri. Sehingga ketika aku menyadari bahwa aku sedang cemburu, aku tidak buru-buru menyalahkan orang lain.

Aku bertanya pada diri sendiri:
“Kenapa aku merasa cemburu? Apakah aku takut kehilangan dia? Apakah ada orang lain yang lebih baik dari aku? Atau aku hanya sekadar tidak suka jika perhatiannya terbagi ke orang lain?”
Aku memaknai bahwa cemburu sebenarnya adalah peringatan bahwa aku memiliki luka hati yang belum sembuh.
Ada luka yang membuat aku tidak ingin lagi merasakannya lagi. Sehingga, ketika aku berada dalam situasi yang serupa, aku bereaksi dengan marah, tidak suka, dan cemburu.
Dari cemburu, aku belajar untuk menerima dan merengkuh erat-erat segala perasaan yang datang.
Segala ketidaknyamanan yang terasa, kesedihan, ketakutan, dan kesadaran atas ketidakmampuanku untuk mengontrol hal-hal di luar diri.

Mengatakannya dengan lantang pada diriku sendiri tentang semua keresahanku. Sebab bagian tersulitnya bukan mengatakan pada orang lain, melainkan pada diri sendiri.
Setelahnya, aku merasa lebih baik. Lebih lega, walau perasaan itu masih ada. Aku sadar aku tidak lagi mengusir perasaan tidak nyaman dan memaksa diriku sendiri untuk terlihat baik-baik saja, padahal tidak.
Pemahaman bahwa merasa cemburu adalah sesuatu yang tampak tidak pantas dan membuat kita terlihat buruk, itu adalah sesuatu yang kurang tepat.
Kita adalah manusia yang memiliki perasaan dan bisa merasa cemburu. Itu adalah sesuatu yang wajar karena kita merasa terikat dan memiliki sesuatu.

Hargai diri kita sendiri bahwa kita bisa merasa cemburu bahkan karena hal yang sepele.
Sebab terkadang hal yang tampak sepele bagi orang lain, bisa berarti sesuatu yang besar bagi kita.
Aku pun yakin bahwa sebenarnya cemburu itu bukan tentang kehadiran orang lain, tetapi lebih pada keberadaan hal lain yang tampak “lebih penting” daripada diri kita. Ada perbandingan. Ada prioritas. Ada urutan.

Dan menjadi nomor dua bagi orang yang selalu kita utamakan adalah hal yang menyakitkan, bukan?

Beberapa orang mengatakan bahwa cemburu itu adalah tanda bahwa kita terlalu peduli pada orang lain. Mungkin ada benarnya,tetapi juga ada kurang tepatnya.
Aku selalu percaya bahwa reaksi kita terhadap sikap orang lain adalah bahasa kita, isyarat kita untuk menyatakan nilai-nilai yang kita setujui dan pahami. Iya, semuanya memang tentang kita: tentang diri sendiri.
Jadi, jika suatu saat kamu merasa sedang cemburu:
Peluk dirimu dan katakan perlahan bahwa tidak apa-apa untuk merasa cemburu.
Sambut luka kita, sambut ketakutan kita kehilangan orang lain, sambut kemarahan kita.
Sebab ketika cemburu itu datang, kita jadi sadar bahwa orang pertama yang dapat kita andalkan untuk melindungi diri adalah kita sendiri.

Salam sayang, 
Nisrina.

No comments:

Post a Comment

What's your opinion after reading this post?