Sunday, 18 June 2017

Berbicara Cinta #3: Tentang Jarak, Ruang, dan Waktu


The scary thing about distance is you don’t know whether they’ll miss you or forget you.
– The Notebook via Goodreads.com

Menjalin sebuah hubungan jarak jauh, bagi sebagian besar orang adalah hal yang mengerikan. Sebab selalu ada kemungkinan buruk yang menghantui: perpisahan.

*

Aku jadi teringat sebuah tulisan yang pernah aku berikan pada seorang teman lama:


“Jarak bukan penghalang, tapi jarak adalah jawaban.”

Ketika itu aku sedang akan menjalani hubungan jarak jauh. Dengan segala kegelisahan dan ketidakyakinan, aku berhasil melewatinya selama lima bulan. Aku berhasil menjalani hubungan jarak jauh dan berhasil menemukan jawaban atas keraguanku.

Pada akhirnya kami berdua berpisah, bukan karena jarak.

Perpisahan yang terjadi saat itu adalah karena jawaban yang sudah aku temukan atas pertanyaanku dalam hubungan yang terjalin kala itu.   

Bagiku, berjarak adalah cara terbaik untuk menjernihkan pikiran. Berjarak adalah cara terbaik untuk menentukan pilihan atas langkah penting dalam hidup di masa depan.
*

Mengapa ya, terasa sulit untuk merelakan jarak hadir di tengah-tengah sebuah hubungan?

Mengapa ada tanya, curiga, dan resah yang datang silih berganti? Mengapa percaya dan yakin terkadang terasa tidak cukup untuk menghadapi hubungan jarak jauh?

Dan akan masih ada pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul saat kita sedang menjalani sebuah hubungan jarak jauh.

Ada beberapa orang yang menganggap bahwa jarak itu nggak masalah, yang penting komunikasi. Tapi nggak sedikit juga orang yang merasa sedikit cemas dengan keberadaan jarak di tengah hubungan mereka.

Beda orang, beda hubungan, tentu akan beda pula cara menyikapi jarak.
Terlalu fokus dengan “jarak” bisa membuat kita terus merasa tidak tenang. Memikirkan jarak membuat kita tanpa sadar menghitung mundur waktu (bertemu) dan membuat semuanya berjalan lebih lambat.

Mungkin, ya, mungkin, semua akan jauh lebih mudah jika kita fokus pada tujuan akhir. Seperti dalam tulisanku sebelumnya, tentang komitmen: Bertahan dalam cinta itu butuh alasan.

Selama alasan kita untuk bertahan dalam hubungan itu kuat, semua pasti akan jauh lebih mudah.  
*

“If you found that one person who is really worth the sacrifices, pain, and hardships then your efforts will not go to waste.” 
– Anna Agoncillo via Goodreads.com.

Pernah melewati fase yang sama bukan berarti membuat seseorang jadi lebih kuat menghadapi jarak. Semua tetap sama sulitnya. Setidaknya itu yang sedang aku alami.

Aku tidak tahu akan seberat ini prosesku untuk menerima jarak. Aku tidak tahu bahwa aku akan begitu mencemaskan ketidakhadirannya. Aku tidak tahu bahwa aku akan sesedih ini merelakan jarak hadir di dalam hubungan ini.

Jarak adalah jawaban apakah seseorang yang sedang bersama kita saat ini, adalah orang yang terbaik yang dipilihkan Tuhan untuk kita. 

Aku percaya bahwa apa yang ditakdirkan untuk kita, akan selalu kembali pada kita.

Adakah yang sekarang ini sedang menjalin hubungan jarak jauh?  


With ❤,
Nisrina.

Dan kepada kamu, yang sedang berada di seberang pulau sana.
Aku tidak bermaksud memberatkan pergimu.
Sebab bahagiamu, menjadi bahagiaku juga.



No comments:

Post a Comment

What's your opinion after reading this post?