Saturday 21 December 2013

book review: seribu kerinduan.

emmm... like a-broken-hearted-girl?
ahahaha, okay, I'm just trying to visualize this book.
"How can I move on when I’m still in love with you?"
Enggak ngerti kenapa tiap kali denger kata “move on”, bagian dari lagu the script itu yang tiba-tiba muncul di benak saya. Bukan, bukan, ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan masalah pribadi saya. Saya udah pernah bisa move on kok, hahaha.

Anyhow, bener juga sih apa yang dibilang sama the script di lagunya yang “the man who can’t be moved” itu. Gimana kita bisa move on kalo nyatanya kita masih cinta, ehm sama mantan kita?


Nah, beberapa hari yang lalu saya baru saja selesai membaca sebuah novel yang nggak jauh-jauh dari kata move on ini. Ya, judulnya adalah “Seribu Kerinduan”. Buat sedikit gambaran aja nih, keywords buat  novel yang baru saya baca ini adalah putus, patah hati, masa lalu, masa depan, nikah, move on, mantan, patah hati, patah hati, patah hati…. Emm…

Ya, novel ini berisi kisah seorang yang bernama Renata yang harus putus dengan Panji, pacarnya, karena orang tua Panji tidak menyetujui hubungan keduanya dan memilih menjodohkan Panji dengan orang lain.

Tak ada lagi yang bisa dilakukan Renata selain melupakan Panji.

Di tengah kerasnya Jakarta, kota dimana Renata tinggal sendiri dan jauh dari orang tuanya, Panji adalah orang yang setia menemani hari-hari Renata. Selama empat tahun mereka sering menghabiskan waktu bersama dan kini tiba-tiba saja mereka harus berpisah karena perbedaan status sosial dan budaya yang dipandang begitu penting di mata orang tua Panji. Hal yang lebih menyakitkan bagi Renata adalah menyaksikan Panji menikah dengan wanita lain.

Hari-hari dilalui Renata dengan kesedihan yang semakin menjadi. Kesedihannya seolah seperti lorong  gelap yang tak berujung. Patah hati membuat Renata kehilangan semangat. Bahkan karena hal ini ia harus kehilangan pekerjaan yang paling ia cintai selama lima tahun terakhir. Beruntung, ia tak berpikir untuk mengakhiri hidupnya saat itu juga.

“Gue udah kayak orang bego. Tiap hari nungguin pintu paviliun gue diketuk dan berharap Panji datang...” –Renata, pada sahabatnya.
Melupakan seseorang yang memberikan kita begitu banyak kenangan untuk diingat bukanlah hal yang mudah. Ya, tak akan pernah mudah.

Ada saat kita merasa patah bukan ketika hati kita tidak ditangkap oleh orang yang benar dan tepat, namun ketika dua hati tidak dapat bersama karena semesta memang tak mengijinkannya. Jika sudah seperti ini, bisa apa kita?

Seribu Kerinduan adalah sebuah novel, yang menurut saya, sukses memberikan gambaran tentang seorang yang sedang patah hati. Sebagai seorang yang pernah merasakan patah hati akut dan galau berminggu-minggu, novel ini sukses membuat saya mengatakan, “Iya! Orang lagi patah hati emang kaya gini…” *eh hahaha.

Well,  sejujurnya saya merasa sedikit kecewa pada bagian akhir novel ini. Ya, saya merasa ‘patah hati’ dengan akhir di novel ini. Emmm, tapi yah namanya juga fiksi. Mau berakhir seindah apapun, semua toh tetep fiktif dan jarang terjadi di kehidupan nyata, termasuk dalam kehidupan saya *eh, hahahaha.

Anyhow, menurut saya novel ini unik. Dari segi tema, yaitu cinta, novel ini termasuk bacaan yang ringan dan bisa dibaca oleh semua kalangan. Namun, dari keseluruhan cerita dan kompleksitas yang ada, menurut saya, tidak semua orang bisa membaca novel ini. Ya, ada beberapa bagian dari novel ini yang belum pas jika dibaca oleh remaja usia jenjang pendidikan SMP dan SMA. Emm, ya itusih menurut saya, dari kacamata seorang mahasiswi psikologi semester tiga, heheheuu.

Well… Akankah Renata akan benar-benar bisa berpindah hati dan melupakan sosok Panji dari hidupnya? Emmm penasaran sama ending novel ini?
Makanya baca sendiri novel ini sampai akhir. Hahaha.

Akhir kata, selamat ‘merasakan patah hati’ di novel ini! :p

salaaam, 
nisrina.
*

About the book:
Title: "Seribu Kerinduan"
Author: Herlina P. Dewi
Date Published: November 2013
Publisher: Stiletto Book.

No comments:

Post a Comment

What's your opinion after reading this post?