emmm... like a-broken-hearted-girl? ahahaha, okay, I'm just trying to visualize this book. |
*
"How can I move on when I’m still in love with you?"
Enggak ngerti kenapa tiap kali
denger kata “move on”, bagian dari lagu the script itu yang tiba-tiba muncul di
benak saya. Bukan, bukan, ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan masalah
pribadi saya. Saya udah pernah bisa move on kok, hahaha.
Anyhow, bener juga sih apa yang
dibilang sama the script di lagunya yang “the man who can’t be moved” itu. Gimana
kita bisa move on kalo nyatanya kita masih cinta, ehm sama mantan kita?
Nah, beberapa hari yang lalu saya
baru saja selesai membaca sebuah novel yang nggak jauh-jauh dari kata move on
ini. Ya, judulnya adalah “Seribu Kerinduan”. Buat sedikit gambaran aja nih,
keywords buat novel yang baru saya baca
ini adalah putus, patah hati, masa lalu, masa depan, nikah, move on, mantan,
patah hati, patah hati, patah hati…. Emm…
Ya, novel ini berisi kisah
seorang yang bernama Renata yang harus putus dengan Panji, pacarnya, karena
orang tua Panji tidak menyetujui hubungan keduanya dan memilih menjodohkan
Panji dengan orang lain.
Tak ada lagi yang bisa dilakukan
Renata selain melupakan Panji.
Di tengah kerasnya Jakarta, kota dimana
Renata tinggal sendiri dan jauh dari orang tuanya, Panji adalah orang yang
setia menemani hari-hari Renata. Selama empat tahun mereka sering menghabiskan
waktu bersama dan kini tiba-tiba saja mereka harus berpisah karena perbedaan
status sosial dan budaya yang dipandang begitu penting di mata orang tua Panji.
Hal yang lebih menyakitkan bagi Renata adalah menyaksikan Panji menikah dengan
wanita lain.
Hari-hari dilalui Renata dengan
kesedihan yang semakin menjadi. Kesedihannya seolah seperti lorong gelap yang tak berujung. Patah hati membuat
Renata kehilangan semangat. Bahkan karena hal ini ia harus kehilangan pekerjaan
yang paling ia cintai selama lima tahun terakhir. Beruntung, ia tak berpikir
untuk mengakhiri hidupnya saat itu juga.
Melupakan seseorang yang memberikan kita begitu banyak kenangan untuk diingat bukanlah hal yang mudah. Ya, tak akan pernah mudah.
“Gue udah kayak orang bego. Tiap hari nungguin pintu paviliun gue diketuk dan berharap Panji datang...” –Renata, pada sahabatnya.
Ada saat kita merasa patah bukan
ketika hati kita tidak ditangkap oleh orang yang benar dan tepat, namun ketika
dua hati tidak dapat bersama karena semesta memang tak mengijinkannya. Jika
sudah seperti ini, bisa apa kita?
Seribu Kerinduan adalah sebuah
novel, yang menurut saya, sukses memberikan gambaran tentang seorang yang
sedang patah hati. Sebagai seorang yang pernah merasakan patah hati akut dan
galau berminggu-minggu, novel ini sukses membuat saya mengatakan, “Iya! Orang lagi
patah hati emang kaya gini…” *eh hahaha.
Well, sejujurnya saya merasa sedikit kecewa pada bagian
akhir novel ini. Ya, saya merasa ‘patah hati’ dengan akhir di novel ini. Emmm, tapi
yah namanya juga fiksi. Mau berakhir seindah apapun, semua toh tetep fiktif dan
jarang terjadi di kehidupan nyata, termasuk dalam kehidupan saya *eh, hahahaha.
Anyhow, menurut saya novel ini
unik. Dari segi tema, yaitu cinta, novel ini termasuk bacaan yang ringan dan bisa
dibaca oleh semua kalangan. Namun, dari keseluruhan cerita dan kompleksitas
yang ada, menurut saya, tidak semua orang bisa membaca novel ini. Ya, ada
beberapa bagian dari novel ini yang belum pas jika dibaca oleh remaja usia
jenjang pendidikan SMP dan SMA. Emm, ya itusih menurut saya, dari kacamata
seorang mahasiswi psikologi semester tiga, heheheuu.
Well… Akankah Renata akan
benar-benar bisa berpindah hati dan melupakan sosok Panji dari hidupnya? Emmm
penasaran sama ending novel ini?
Makanya baca sendiri novel ini
sampai akhir. Hahaha.
Akhir kata, selamat ‘merasakan
patah hati’ di novel ini! :p
salaaam,
nisrina.
*
About the book:
Title: "Seribu Kerinduan"
Author: Herlina P. Dewi
Date Published: November 2013
Publisher: Stiletto Book.
No comments:
Post a Comment
What's your opinion after reading this post?