Wednesday 6 May 2015

Book Review: Lukisan Hujan

On my way back to Jogja from Bandung
Ini adalah novel Sitta Karina yang pertama saya punya sekaligus saya baca. 

Padahal, sudah sejak lama saya familiar dengan namanya. Salah satu sahabat SMA saya adalah pembaca setia cerita-ceritanya. Sedikit berbelok dari topik, Lukisan Hujan mengingatkan saya pada blog baru saya, tempat berlatih menulis fiksi: Sembari Menunggu Hujan Reda, hihihihi. Oke, sekarang fokus lagi ya.

Jujur, saya penasaran kenapa di sampul depan buku ini tertulis "Edisi Baru". Apakah sebelumnya buku ini pernah terbit lalu ada beberapa perbaikan penulisan? Entahlah. 

Pertama kali saya melihat buku ini dari salah satu akun instagram dari blogger favorit saya. Tepatnya, sebulan yang lalu. Eeeem, sengaja saya biarkan namanya jadi rahasia :p 
Setelah beberapa minggu dilanda kelaperan-pengin-beli-buku, Alhamdulillah bisa kesampaian juga beli buku baru (pakai uang sendiri, ihiy!) pas di Bandung. Ada dua buku yang saya beli. Yang pertama buku ini, yang kedua...... tunggu reviewnya aja yaaa, haha.
*

Amor es mentira. Cinta itu bohong.

Caption di sampul bagian belakang alias blurb-nya menggelitik. Sekaligus menggambarkan bagaimana si tokoh atau hal-hal yang terjadi di dalam bukunya: tentang cinta dan ada bahasa spanyol. Hahahaha.

Benar saja, novel ini murni tentang kisah cinta yang complicated
Tokoh utamanya adalah Diaz Hanafiah, seorang laki-laki campuran Indonesia-Latin yang digambarkan begitu tampan sekaligus dingin. Tipikal cowok misterius yang mengundang banyak penggemar. Disaat ia sedang patah hati karena putus dengan Anggia, Diaz bertemu dengan Sisy, anak SMA yang usianya terpaut beberapa tahun lebih muda darinya. Nggak lama setelah Diaz dan Sisy berkenalan, mereka terjebak pada hubungan "Abang-Adik". Masalah bertambah ketika sahabat Diaz ternyata juga suka pada Sisy. Ada pula Anggia yang mencoba merebut kembali hatinya. 

Bagian yang paling menarik dari novel ini?
Tentu saja The Hanafiah Dinasty
Pertama kali mengenal "Hanafiah" saat membaca cerita bersambung Sitta Karina di salah satu majalah favorit remaja perempuan Indonesia. Judul cerpennya: "Dunia Mara". 
Nah, kalau di Lukisan Hujan, "Hanafiah" adalah klan dari keluarga besar Diaz. Dikisahkan bahwa keluarga ini masuk ke daftar konglomerat kaya di Indonesia. Berbagai fasilitas dan gaya hidup mewah dapat dengan mudah didapatkan oleh anak-cucu keturunan Hanafiah. Walaupun begitu, orang tua Diaz memilih untuk tidak masuk dalam kehidupan mewah seperti yang lainnya. Istilah yang digunakan: hidup sederhana.

"Hanya orang yang berarti bagi kita yang mampu menorehkan luka di hati kita." 
- halaman 336

Lukisan Hujan mengingatkan saya dengan Perahu Kertas.
Tentu saja dengan alur dan gaya bahasa yang berbeda. Awalnya, saya sempat skeptis dengan judulnya karena sampai lebih dari setengah halaman, "hujan" hanya menjadi pelengkap agar sesuai dengan judul. Baru pada beberapa bab terakhir, saya setuju bahwa judul yang tepat untuk cerita di buku ini adalah "Lukisan Hujan".
Sayangnya, ada beberapa kesalahan edit yang membuat saya sedikit terganggu saat membaca cerita. Konsep keluarga Ferdinan Hanafiah, Ayah Diaz,yang memilih untuk hidup sederhana dan berbeda dari Hanafiah kebanyakan justru meninggalkan kesan terlalu "dibuat-buat" menurut saya.
Meski demikian, saya tetap suka ceritanya. Alurnya tidak mudah ditebak!
*

Saya memberikan 4 dari 5 bintang untuk Lukisan Hujan. Sama seperti yang saya berikan pada review di akun goodreads saya.
Yay!
Sebagai penutup, ada kalimat favorit saya di novel ini:

Amor es esperanza. Cinta adalah harapan.

Saya menjadi semakin bersemangat untuk membaca lebih banyak dan menghasilkan tulisan lebih banyak, Hihihi.

Hugs and kisses,
Nisrina.




About the book
"Lukisan Hujan" by Sitta Karina
Date published: Maret 2015 (Cetakan kedua)
Publisher: Literati




No comments:

Post a Comment

What's your opinion after reading this post?