Hai, selamat malam minggu semua.
Lucu sekali, inspirasi menulis saya selalu datang disaat tugas sedang banyak-banyaknya.
Ehm, sebenarnya hanya satu sih, UAS take home dengan tugas merangkai 3000 kata tentang satu topik bahasan. Perlu digarisbawahi, tugas kali ini adalah tugas membuat paper alias tugas menulis.
Lho, bukannya kamu suka nulis, Nis?
Iya, saya suka nulis. Tapi ya itu, begitu saya sedang menyusun kerangka berpikir untuk paper-yang-panjangnya-3000-kata ini, saya malah membuka jendela Ms. Word yang baru dan memutuskan untuk menulis sesuatu disini.
Oke, terlalu klise, saya ganti dulu ya kata-katanya: Ada banyak hal yang ingin saya ceritakan dan saya serius.
*nggak ada bedanya*
Well, jadi karena begitu banyak ya intinya sih karena sekarang sudah Desember, sudah di ujung 2014 dan sebentar lagi tahun baru, 2015. Sudah saatnya mengintip catatan resolusi tahun ini dan menulis lagi resolusi tahun depan.
Pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah:
"Sudah sampai mana perjalanan saya untuk sampai ke tujuan?"
Tujuan di sini bisa dibilang tujuan akhirat, juga bisa dibilang tujuan dunia alias cita-cita.
Toh kita hidup di dunia ini juga pasti punya keinginan atau pencapaian tertentu kan?
Sedikit banyak saya merasa iri pada teman-teman yang pelan tapi pasti berhasil mendobrak zona nyaman mereka. Satu per satu meraih apa yang diam-diam juga saya impikan: exchange ke luar negeri, dapat beasiswa prestasi, ikut kegiatan berskala nasional hingga internasional, dan masih banyak lagi.
Lalu saya berdiri di depan kaca, mencoba menatap diri saya dalam-dalam.
Sudah sejauh mana usaha saya?
Saya sangat yakin bahwa teman-teman yang sudah berprestasi itu pasti sudah berusaha keras. Mereka sudah berjuang susah-payah dengan usaha dan kemampuan masing-masing. Dan yang saya tahu, saya belum cukup keras berjuang seperti mereka. Karena itu pula saya masih stuck di sini. Saya tahu, saya tidak sedang diam di tempat. Saya juga sedang berjalan, tapi dengan tempo yang masih lambat; tidak seperti mereka yang mungkin sudah berlari.
Dan pada titik ini, saya tahu, sudah saatnya saya mempercepat langkah.
Tidak, saya tidak gegabah. Pun saya tahu, untuk bisa berlari, saya perlu berlatih. Fisik saya harus dipersiapkan untuk berlari –karena jika tidak, saya bisa tumbang di tengah jalan.
Lalu kapan saya harus berlari jika saya perlu waktu untuk juga untuk berlatih?
“Keep it small but keep it going”.
Jadi sembari saya berlatih untuk lari, saya juga berjalan ke tujuan saya. Pelan tapi pasti; alon-alon asal kelakon.
Setuju?
Ngomong-ngomong, setelah sekian banyak postingan sok bahasa Inggris dan sok menye-menye, pada akhirnya saya tidak tahan untuk tidak menulis opini pribadi yang berujung pada curhat dan catatan harian semacam ini. Maafkan ya, sekali ini saja ijinkan saya curhat serampangan. Kalau suasana hati saya membaik, postingan ini akan saya bersihkan kok. Hehehe.
Jadi gimana, teman-teman?
Sudah siap untuk berlari?
Regards,
Nisrina.
No comments:
Post a Comment
What's your opinion after reading this post?